Remaja
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Definisi
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Dilihat dari bahasa inggris "teenager", remaja artinya yakni manusia berusia belasan tahun.Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan.[rujukan?] Remaja juga berasal dari kata latin "adolensence" yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa.Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: Masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu
- 12 – 15 tahun
- masa remaja awal, 15 – 18 tahun
- masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun
- masa remaja akhir.
Perkembangan masa remaja
Masalah remaja adalah masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat belas tahun) sampai usia sekitar delapan belas-masa tranisisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya. Ada sejumlah alasan untuk ini:1. Remaja mulai menyampaikan kebebasanya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini bisa menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bisa menjauhkan ia dari keluarganya.
2. Ia lebih mudah dipengaruhi teman-temannya dari pada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah mode pakaian, potongan rambut atau musik, yang semuanya harus mutakhir.
3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.
4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua.
Ada sejumlah kesulitan yang sering dialami kaum remaja yang betapapun menjemukan bagi mereka dan orang tua mereka, merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini.
Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain :
1. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya-periang berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Itu hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam kesulitan, kesulitan di sekolah atau kesulitan dengan teman-temannya.
2. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya birahi adalah normal dan sehat. Ingat, bahwa perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan ciri yang normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu seksual dan birahi jelas menimbulkan bentuk-bentuk perilaku seksual.
3. Membolos
4. Perilaku anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar adalah pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang salah dari orang tua terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak-dan sering tidak ada sama sekali
5. Penyalahgunaan obat bius
6. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah skizofrenia.
Apa yang harus anda lakukan bila anda merasa cemas terhadap anak remaja anda
Langkah pertama adalah bertanya kepada diri sendiri apakah perilaku yang mencemaskan itu adalah perilaku yang normal pada anak remaja. Misalnya adalah pemurung, suka melawan, lebih senang sendiri atau bersama teman-temannya dari pada bersama anda. Anak remaja anda ingin menunjukan bahwa ia berbeda dengan anda. Hal ini dilakukan dengan berpakaian menurut mode mutakhir, begitu pula dengan kesenanganya pada potongan rambut dan musik. Semua itu sangat normal, asal perilaku tersebut tidak membahayakan, anda tidak perlu prihatin.
Tindakan selanjutnya adalah menetapkan batas dan mempertahankannya. Menetapkan batas itu sangatlah penting, tetapi batas-batas itu haruslah cukup lebar untuk memungkinkan eksplorasi yang sehat.
* Bila perilaku anak anda membahayakan atau melampaui batas-batas yang anda harapkan, langkah berikutnya adalah memahami apa yang tidak beres.
* Depresi dan perilaku yang membahayakan diri selalu merupakan respon terhadap stres yang tidak dapat diatasinya.
* Anak remaja yang berperilaku atau suka membolos seringkali akibat meniru dan mengikuti teman-temannya, dan merupakan respon dari sikap orang tua yang terlalu ketat atau terlalu longgar.
* Minum-minuman alkohol dan menghisap ganja biasanya merupakan respon terhadap stres dan akibat meniru teman. Masalah seksual paling sering mencerminkan adanya kesulitan diri didalam proses pendewasaan.
Secara umum masalah yang terjadi pada remaja dapat diatasi dengan baik jika orang tuanya termasuk orang tua yang “cukup baik”. Donald winnicott, seorang psikoanalisis dari Inggris memperkenalkan istilah “good enough mothering” ia menggunakan istilah ini untuk mengacu pada kemampuan seorang ibu untuk mengenali dan memberi respon terhadap kebutuhan anaknya, tanpa harus menjadi ibu yang sempurna. Sekarang laki-laki pun telah “diikutsertakan”, sehingga cukup beralasan untuk membicarakan tentang “menjadi orang tua yang cukup baik”
Tugas-tugas yang dilakukan oleh orang tua yang cukup baik, secara garis besar adalah:
1. memenuhi kebutuhan fisik yang paling pokok; sandang, pangan dan kesehatan
2. memberikan ikatan dan hubungan emosional, hubungan yang erat ini merupakan bagian penting dari perkembangan fisik dan emosional yang sehat dari seorang anak.
3. Memberikan sutu landasan yang kokoh, ini berarti memberikan suasana rumah dan kehidupan keluarga yang stabil.
4. Membimbing dan mengendalikan perilaku.
5. Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal, hal ini diperlukan untuk membantu anak anda matang dan akhirnya mampu menjadi seorang dewasa yang mandiri. Sebagian besar orang tua tanpa sadar telah memberikan pengalaman-pengalaman itu secara alami.
6. Mengajarkan cara berkomunikasi, orang tua yang baik mengajarkan anak untuk mampu menuangkan pikiran kedalam kata-kata dan memberi nama pada setiap gagasan, mengutarakan gagasan-gagasan yang rumit dan berbicara tentang hal-hal yang terkadang sulit untuk dibicarakan seperti ketakutan dan amarah.
7. Membantu anak anda menjadi bagian dari keluarga.
8. Memberi teladan.
Identitas remaja dapat diartikan sebagai berikut :
1. Identitas dapat diartikan sebagai suatu inti pribadi yang tetap ada walaupun mengalami perubahan bertahap dengan pertumbuhan umur dan perubahan lingkungan.
2. Identitas dapat diartikan sebagai tata hidup tertentu yang sudah dibentuk pada masa-maa sebelumnya dan menentukan peran sosial yang manakah yang harus dijalankan.
3. Identitas merupakan hasil yang diperolehnya pada masa remaja, tetapi masih akan terus mengalami perubahan dan pembaharuan.
4. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa identitas merupakan suatu kesatuan.
Persatuan yang terbentuk dari asaz, cara hidup, pandangan-pandangan yang menentukan cara hidup selanjutnya. Persatuan ini merupakan inti seseorang yang menentukan cara meninjau diri sendiri dalam pergaulan diri sendiri dalam pergaulan dan tinjauan di keluar dirinya.
Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1992), antara lain :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan. Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.
Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
Ada beberapa faktor penting dalam perkembangan identitas diri remaja adalah sebagai berikut :
1) rasa percaya diri yang telah diperoleh dan senantiasa dipupuk dan dikembangkan
2) sikap berdiri sendiri
3) keadaan keluarga dengan faktor-faktor yang menunjang terwujudnya identifikasi diri
4) kemampuan remaja itu sendiri, taraf kemampuan intelektual para remaja.
Selain faktor tersebut diatas, ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam perkembangan identitas diri remaja yaitu faktor eksperimentasi (coba-coba, berpetualang).
Peranan orang tua dan sekolah sangat penting sebab remaja ini belum siap untuk bermasyarakat. Bimbingan orang tua dan guru sangat diperlukan agar remaja tidak salah arah, karena dimasyarakat amat banyak pengaruh negatif yang dapat menyengsarakan masa depan remaja. Setelah itu ajaklah mereka berdiskusi dimana pendidik dapat mendengarkan dengan sabar segala isi hati dan keluhan mereka. Biarkan mereka bebas berkarya dan berekspresi tapi dengan catatan mereka harus tetap dibimbing dan diawasi. Pengaruh Televisi Terhadap Perilaku Agresif Anak. Agresi jika dipandang dari definisi emosional adalah hasil dari proses kemarahan.
Banyak hal yang menyebabkan perbutan agresif ini yaitu
1) Tindakan agresif disebabkan oleh naluri agresif.
2) Agresif disebabkan oleh situasi yang amat sumpek atau tertekan.
3) Perbuatan agresif karena frustasi.
4) Perbuatan agresif karena adanya unsure atau rasa balas dendam.
Masa remaja merupakan masa-masa yang penuh dengan gejolak
Masa remaja juga
rentan dengan berbagai permasalahan yang cukup kompleks dan pelik. Karena di
masa inilah seseorang bertumbuh dan menjalani saat mencari jati diri untuk
membentuk karakter kepribadian. Masa ini juga seringkali disebut sebagai masa
transisi seseorang dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Sehingga, seringkali
sifat kekanak – kanakan masih melekat dan pertimbangan kedewasaanpun belum
sepenuhnya terbentuk. Masa remaja diawali oleh datangnya pubertas, yaitu proses
bertahap yang mengubah kondisi fisik dan psikologis seorang anak menjadi
seorang dewasa. Pada saat ini terjadi peningkatan dorongan seks sebagai akibat
perubahan hormonal. Selain itu, karakteristik seks primer dan sekunder menjadi
matang sehingga memampukan seseorang untuk bereproduksi (Steinberg, 2002).
Mengenai dorongan seksual yang meningkat ini menjadikan seseorang remaja mulai
belajar untuk mengetahui dan mencari informasi terkait seksualitas itu sendiri.
Kemudian penyaluran hasrat yang dimilikinya juga menyertai proses belajar ini.
Disinilah poin penting
yang harus diperhatikan, bahwa proses ingin tahu seputar seksualitas harus
benar-benar tepat dan benar. Karena seringkali keingintahuan tersalurkan kepada
hal – hal yang merugikan diri sendiri. Seperti akses pornografi melalui media.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Peduli Remaja Kriya Mandiri, media
online menjadi tempat terbanyak yang dijadikan sarana untuk mengetahui
informasi mengenai seksualitas. Dari jumlah responden 352 remaja yang masih
berstatus pelajar di 10 sekolah tingkat atas di Surakarta, sebesar 56 Persen
menyatakan media online menjadi sarana untuk mengetahui informasi tentang seks,
kemudian terbanyak kedua adalah teman sebaya sebesar 15% diikuti orang tua (12
Persen), guru (9 Persen), serta organisasi remaja dan lainnya masing-masing
sebesar 4 Persen
Kemudian dari
jumlah responden yang mengakses materi pornografi sebanyak 63 persen pernah
mengakses materi pornografi baik berupa film, gambar maupun cerita porno.
Meskipun penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mewakili seluruh populasi
remaja berusia sekolah yang ada di Kota Surakarta, akan tetapi cukup memberikan
gambaran bahwa akses pornografi di kalangan remaja khususnya pelajar tingkat
atas di Kota Surakarta dapat dikatakan cukup mengkhawatirkan terhadap
perkembangan seksualitas dan psikologisnya.
Apabila dianalisis
lebih jauh, akses pornografi yang kian marak merupakan dampak pendidikan seks
yang salah dan kurang tepat dilakukan oleh pihak-pihak yang seharusnya
bertanggung jawab akan hal itu, seperti orang tua, guru serta pihak-pihak
terkait lainnya. Kegagalan pendidikan seks ini umumnya adalah karena adanya
anggapan seks merupakan sesuatu yang tabu untuk diperbincangkan. Oleh
karenanya, seorang remaja terkadang malu atau enggan untuk berkonsultasi dengan
orang-orang dewasa yang lebih paham dengan masalah seksualitas. Sehingga mereka
lebih nyaman menggunakan media online untuk mengakses informasi terkait dengan
seksualitas. Masalah muncul karena keingintahuan seputar seksual ini tidak
hanya berhenti pada informasi penting saja, akan tetapi kebablasan menjurus
kepada hal – hal yang yang seharusnya tidak boleh dikonsumsi (materi
pornografi) yang mempunyai efek destruktif yang mempengaruhi perilaku
seksualnya.
Dalam penelitian
Komunitas Jogja (2007) ditemukan 900 film porno buatan lokal dengan pemeran
usia remaja Indonesia beredar di internet. Inilah bentuk shock culture yang
terjadi dalam masyarakat kita. Dikatakan demikian karena budaya timur Indonesia
yang sopan dan anggun mulai tergerus, mengalami pergeseran nilai menjadi budaya
yang tidak lagi mengindahkan moralitas dan nilai-nilai agama. Jadilah budaya
permisivisme meracuni kehidupan remaja mulai cara berpakaian yang kurang sopan
cenderung menampakkan aurat tubuh lantaran dianggap seksi, berkata jorok, seks
bebas hingga perilaku seks menyimpang semakin marak terjadi.
Faktor kemajuan
teknologi media informasi yang tidak diimbangi dengan penanaman nilai moral
agama dan budi pekerti menyebabkan tumbuh suburnya akses materi pornografi oleh
berbagai kalangan termasuk remaja masa kini. Oleh karenanya, perlu upaya
preventif untuk mencegah terjadinya dampak negatif yang lebih besar maupun
upaya kuratif (mengobati), dengan melihat fakta bahwa jumlah remaja yang
menjadi korban pornografi terbilang tidak sedikit. Institusi keluarga sebagai
bagian inti sarana sosialisasi nilai terhadap anak serta sekolah sebagai
institusi kedua setelah keluarga, seharusnya mampu menjalankan perannya untuk
menanamkan nilai – nilai budi pekerti maupun agama di dalam pembentukan moral
remaja. Namun fakta menunjukan bahwa “seakan” kedua institusi itu mengalami
kegagalan dalam proses sosialisasi nilai terhadap remaja. Dimana dalam poin
pertanyaan kepada institusi apakah yang diharapkan remaja mampu berperan dalam
pendidikan kesehatan reproduksi remaja, sebesar 52 persen mejawab lembaga
sosial/agama, 30% menjawab keluarga, 13 persen sekolah, dan 5 persen sisanya
institusi lain.
mengenai harapan
akan peran lembaga sosial/agama merupakan alternatif solusi yang dapat dilihat
sebagai pihak ketiga yang mampu mendukung dua institusi utama (keluarga dan
sekolah) dalam penanaman nilai moral kepada remaja. Salah satu model pendidikan
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang patut dicoba untuk dilakukan misalnya
melalui pembinaan kelompok sebaya (peer group). Karena tidak dapat dipungkiri
bahwa usia remaja mempunyai kecenderungan kuat untuk berkumpul dan bergaul
dengan teman sebaya. Sebagaimana temuan di atas, teman sebaya merupakan tempat
kedua untuk bertanya dan bercerita perihal masalah seksual setelah media
online. Model pendidikan terkait reproduksi melalui peer group bisa dilakukan
dengan fasilitator dari lembaga sosial / agama maupun dari kalangan remaja
sendiri yang dididik dan diproyeksikan sebagai fasilitator bagi teman
sebayanya.
PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan
antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus
dilalui. Bila seseorang gagal melalui tugas perkembangan pada usia yang sebenarnya
maka pada tahap perkembangan berikutnya akan terjadi masalah pada diri
seseorang tersebut. Untuk mengenal kepribadian remaja perlu diketahui
tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain:
Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut
terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain
atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti
bintang film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya.
Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan
orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya
sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.
Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku
"pemberontakan" dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas perkembangan
ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan
di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah.
Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari
luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang
senasib dengannya. Jika orangtua tidak menyadari akan pentingnya tugas
perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar.
Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan.
Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah
mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses
memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak
berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut
menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas perkembangan remaja tersebut.
Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai
kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang
kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal
tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya
sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja
akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau
bahkan sampai tua sekalipun).
Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi
dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari
bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya
akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah
"aku" ?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan
gejolak dorongan dalam dirinya.
Selain tugas-tugas perkembangan, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada
remaja, antara lain:
- Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat
- Emosinya tidak stabil
- Perkembangan Seksual sangat menonjol
- Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
- Terikat erat dengan kelompoknya
Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur
remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat
menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini
adalah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat
dibagi dalam 2 periode yaitu:
1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal
pubertas. Cirinya:
- Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
- Anak mulai bersikap kritis
b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
- Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
- Memperhatikan penampilan
- Sikapnya tidak menentu/plin-plan
- Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa
adolesen. Cirinya:
- Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum
tercapai sepenuhnya
- Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
- Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
- Mulai menyadari akan realitas
- Sikapnya mulai jelas tentang hidup
- Mulai nampak bakat dan minatnya
Dengan mengetahui tugas perkembangan dan ciri-ciri usia remaja diharapkan para
orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui
pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa
remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat
kepribadian dan jiwanya.[sumber :www.iqeq.web.id]
Posted by Panji_Psikologi Pendidikan at 10:14 PM 0 comments
psikologi perkembangan remaja
PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan
antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus
dilalui. Bila seseorang gagal melalui tugas perkembangan pada usia yang
sebenarnya maka pada tahap perkembangan berikutnya akan terjadi masalah pada
diri seseorang tersebut. Untuk mengenal kepribadian remaja perlu diketahui
tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain:
Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut
terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain
atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang
film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku
Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang
lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya
sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.
Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku
"pemberontakan" dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas
perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat
diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di
luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan
emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada
teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orangtua tidak menyadari akan
pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar.
Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan.
Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah
mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses
memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak
berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut
menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas perkembangan remaja tersebut.
Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai
kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang
kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal
tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya
sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja
akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau
bahkan sampai tua sekalipun).
Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi
dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari
bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya
akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah
"aku" ?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan
gejolak dorongan dalam dirinya.
Selain tugas-tugas perkembangan, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada
remaja, antara lain:
- Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat
- Emosinya tidak stabil
- Perkembangan Seksual sangat menonjol
- Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
- Terikat erat dengan kelompoknya
Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur
remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat
menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini
adalah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat
dibagi dalam 2 periode yaitu:
1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal
pubertas. Cirinya:
- Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
- Anak mulai bersikap kritis
b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
- Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
- Memperhatikan penampilan
- Sikapnya tidak menentu/plin-plan
- Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa
adolesen. Cirinya:
- Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum
tercapai sepenuhnya
- Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
- Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
- Mulai menyadari akan realitas
- Sikapnya mulai jelas tentang hidup
- Mulai nampak bakat dan minatnya
Dengan mengetahui tugas perkembangan dan ciri-ciri usia remaja diharapkan para
orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui
pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa
remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat
kepribadian dan jiwanya.
MASALAH REMAJA
Masalah-masalah remaja bisa diselesaikan dengan dua cara, yaitu dengan mengonseling para remaja dan dengan membantu orang tua. Dalam kedua kasus ini, konselor harus menunjukkan bahwa dia memunyai pemahaman yang luas tentang perjuangan-perjuangan para remaja ini dan pengetahuan tentang berbagai tekanan yang terbentuk, baik dalam diri konseli maupun dalam rumah mereka. Sering kali, orang tua dan remaja dibingungkan, dikecewakan, dan terluka karena ketegangan interpersonal dan tekanan-tekanan remaja yang telah terbentuk. Biasanya ada kemarahan, kehilangan harga diri, kecemasan akan masa depan, dan perasaan bersalah di masa lalu. Konselor yang memahami dan menerima masalah-masalah tersebut tanpa memihak, bisa mendapatkan dampak penting, baik dari orang tua maupun remaja. Dampak itu bahkan bisa lebih besar bila konselor cukup peka, tenang, penuh belas kasih, dan tangguh dalam menoleransi kritik dan pujian, yang kadang-kadang muncul dalam sesi konseling. Remaja d an orang tua mereka membutuhkan orang yang peduli, bijaksana, dan percaya diri, yang dapat memberikan tuntunan yang tenang dan menyejukkan di saat masalah berkecamuk.
1.
Konseling
Orang Tua
Dukungan dan
Semangat
Saat masalah
remaja muncul, orang tua sering kali menyimpulkan bahwa merekalah yang salah,
bahwa mereka bukanlah orang tua yang baik, atau bahwa merekalah yang
menjerumuskan anak-anak mereka kepada suatu masalah tertentu. Konselor tidak
dapat membantu bila mereka mengabaikan atau menjelaskan perasaan-perasaan yang
muncul itu, tetapi akan ada manfaatnya bila seorang konselor meyakinkan dan
memberi dorongan kepada orang tua. Hampir semua anak-anak -- bahkan anak-anak
dari orang tua yang efektif sekalipun -- mengalami masa-masa di mana mereka
marah, memberontak, menarik diri, depresi, dan mengkritik. Kita tahu bahwa pada
mulanya Allah, satu-satunya Orang Tua yang sempurna, memunyai anak-anak yang
memberontak kepada-Nya. Hal ini bisa menenangkan para orang tua karena Dia juga
mengalami hal yang sama dan memahami perjuangan mereka. Hal ini juga menolong
kita untuk mengingatkan para orang tua bahwa mereka bukanlah satu-satunya orang
yang memengaruhi perilaku para remaja dan anak muda. Di rumah, orang tua perlu
bersantai, mendengarkan, dan mencoba memahami anak-anak remaja mereka. Yang
terpenting adalah terus mencari pertolongan sehari-hari dan meminta tuntunan
Tuhan yang menuntun dan mengetahui cara terbaik untuk mengatasi masalah-masalah
yang ada, termasuk masalah-masalah remaja sekalipun.
Konseling
Keluarga
Orang tua tidak
seharusnya disalahkan atas semua stres yang dialami oleh para remaja, tetapi
hal ini tidak berarti bahwa orang tua tidak pernah salah. Saat seorang remaja
atau beberapa anggota lain dalam keluarga itu memiliki masalah, akar masalah
yang sebenarnya sering kali terletak pada kegagalan keluarga itu. Misalnya,
saat orang tua punya masalah pernikahan yang serius, anak-anak bisa bertindak
berlebihan, melarikan diri, atau mengembangkan perilaku-perilaku yang menuntut
perhatian. Hal ini mengalihkan perhatian orang tua dari masalah pernikahan
mereka, menyatukan mereka untuk memfokuskan perhatian pada masalah remaja dan
kadang-kadang memberi jalan keluar kepada remaja untuk melepaskan diri dari
suasana rumah yang tidak bisa dikendalikan lagi.
Beberapa konselor
meminta seluruh keluarga untuk mengikuti konseling, bahkan saat anak laki-laki
atau perempuan mereka yang masih remaja diketahui sebagai orang yang
bermasalah. Orang yang bermasalah bisa benar-benar mencerminkan masalah rumah
dengan lebih dalam. Kadang-kadang, bila keluarga dapat dibantu supaya berfungsi
dengan lebih baik, masalah remaja pulih secara dramatis.
Tetapkan batas.
Beberapa konflik
di rumah yang dialami oleh remaja dikarenakan anak-anak muda ini meminta
kebebasan lebih dari yang diberikan oleh orang tua, setidaknya pada awalnya.
Saat remaja berlaku menentang atas batasan yang ditetapkan, orang tua bisa
memberi respons yang berbeda. Beberapa orang tua mulai bertanya-tanya apakah
mereka kaku dan tidak masuk akal. Beberapa merasa terancam dan berlebihan. Yang
lainnya merespons dengan memperketat aturan-aturan dan menolak untuk
bernegosiasi atau mengalah. Banyak pula yang menanyakan kemampuan mereka
sebagai orang tua.
Daripada
mengabulkan permintaan remaja (suatu tindakan yang biasanya akan memicu
permintaan lain lagi), orang tua bisa dibantu untuk mengetahui bahwa seluruh
anggota keluarga memiliki hak dalam rumah tangga. Untuk memastikan hak ini,
beberapa batasan harus dibuat dan dirawat, dengan mengabaikan tekanan remaja dan
lingkungan tetangga, tetapi juga harus ada keleluasaan, komunikasi, dan
diskusi. Melalui kata-kata dan tindakan mereka, orang tua bisa menunjukkan
kasih, penerimaan, dan menghargai satu dengan yang lainnya dan seluruh anggota
keluarga lainnya. Contoh seperti ini tampaknya lebih efektif daripada
mengomeli, mengkritik, atau memberikan nasihat. Saat remaja itu semakin dewasa,
mereka harus diberi kebebasan yang lebih besar lagi, tetapi harus selalu
ditekankan pada hak dan minat orang lain. Konselor bisa membantu orang tua
membuat batasan yang praktis, peka terhadap kebutuhan anak muda, dan sesuai
dengan standar Alkitab. Kadang-kadang orang tua tahu apa yang harus dilakukan,
tetapi mereka perlu seseorang yang memberikan dukungan, khususnya pada saat
keluarga mengalami stres.
Tuntunan Rohani
Merton Strommen
adalah seorang peneliti yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk
mempelajari remaja dan orang tua mereka. Beberapa dari penelitiannya
menyimpulkan bahwa remaja cenderung mengabaikan agama keluarga mereka bila iman
orang tua berdasarkan aturan-aturan, daripada nilai-nilai Kristen yang berupa
penerimaan dan pengampunan. Bila orang tua kaku dan taat hukum, atau bila
keluarga itu benar-benar memerhatikan status, penerimaan dalam masyarakat, atau
persaingan, maka anak-anak muda akan lebih senang memberontak. Akhirnya,
perilaku-perilaku orang tua ini benar-benar menjadi dasar atas ketidakamanan
dan kecemasan. Konseling atas masalah ini sangat menolong, tetapi ada juga
nilai dalam menolong orang tua tumbuh secara rohani, membangun nilai-nilai yang
alkitabiah, dan terus hidup dalam gaya hidup Kristen. Konseling yang seperti
ini memberi manfaat baik bagi orang tua maupun anggota keluarga yang secara
tidak langsung juga terbantu.
2.
Konseling
Remaja
Mungkin tugas yang
paling sulit dalam konseling remaja adalah membangun hubungan yang saling
percaya dan membantu konseli muda mengenali kebutuhannya untuk ditolong.
Beberapa konseli datang dengan sukarela meminta bantuan, tetapi sering kali
remaja merasa tidak membutuhkan konseling dan mereka dikirim oleh orang tua,
guru, atau hakim. Saat hal itu terjadi, konselor dipandang sebagai sekutu orang
tua, dan penolakan pun muncul di awal pertemuan.
Membuat Rapor
Perkembangan
Kejujuran dan
hormat, dipadu dengan belas kasih dan kelemahlembutan, semuanya penting,
khususnya saat konseling baru dimulai. Bila ada perlawanan, hadapilah secara
langsung dan berikan kesempatan kepada konseli untuk memberikan respons. Anda
bisa bertanya, "Bisakah kamu jelaskan apa yang menyebabkan kamu ada di
sini?" Bila konseli tidak memberikan respons, tanyakan: "Orang lain
pasti ingin kamu datang kemari. Saya yakin kamu pasti punya beberapa
alasan." Tunjukkan hormat pada konseli dan hindari memberi pertanyaan
dengan cara yang menunjukkan penghakiman atau kritikan. Hal ini justru
menimbulkan perlawanan dan meningkatkan pembelaan dirinya. Berusahalah untuk
memfokuskan diskusi pada masalah tertentu secara konkret, dengarkan dengan
cermat apa yang dikatakan konseli, izinkan konseli untuk mengungkapkan perasaannya,
dan secara berkala tunjukkan apa yang sedang terjadi secara emosional selama
wawancara berlangsung. "Kamu kelihatannya sangat marah," atau
"Saya rasa kamu sangat bingung sekarang ini," adalah contoh
komentar-komentar yang mendorong perasaan untuk berdiskusi. Cobalah untuk
menjaga suasana tetap santai, tidak resmi, pada tahap berbincang-bincang.
Pemindahan
Kata pemindahan
ini merujuk pada kecenderungan beberapa individu untuk memindahkan perasaan
tentang seseorang di masa lalu ke seseorang di masa kini. Contoh, seorang
konseli muda yang membenci ayahnya bisa memindahkan kebenciannya kepada
konselor pria. Konselor harus mengetahui bahwa dia sering kali akan dimusuhi,
dicurigai, ditakuti, atau dibanggakan terutama karena sang konselor mirip
dengan orang dewasa lainnya. Konselor mungkin ingin mendiskusikan pemindahan
perasaan ini dengan konseli mereka. Kadang-kadang hal ini berujung pada wawasan
dan perilaku bermanfaat yang dapat diterapkan pada sesi konseling.
Sebagai seorang
konselor, cobalah untuk tidak memberi respons seperti orang tua konseli,
pahlawan, atau orang lain yang kepadanya Anda disejajarkan. Selain itu,
waspadalah pada pemindahan balik. Hal ini merujuk pada kecenderungan konselor
untuk melihat kesamaan antara konseli dan beberapa orang lainnya. Bila konseli
mengingatkan Anda pada anak Anda sendiri, misalnya, atau bila Anda menjadi
ingat pada tetangga Anda yang suka membuat masalah, perasaan Anda pada
orang-orang ini bisa dipindahkan kepada konseli dan memengaruhi objektivitas
Anda sebagai penolong. Sebaiknya tidak memperlihatkan hal ini kepada konseli,
tetapi Anda akan sangat terbantu bila Anda mendiskusikan hal ini dengan
konselor lain.
Mengenali
Masalah
Sangat sulit untuk
menolong bila Anda tidak dapat mengenali masalahnya. Karena konseli remaja
kadang-kadang menyangkali bahwa mereka punya masalah, maka konseling bisa
menjadi suatu tantangan. Daripada mencoba untuk mengelompokkan atau mendiagnosa
masalah, akan lebih menolong bila mendorong remaja untuk membicarakan
masalah-masalah mereka, misalnya tentang sekolah, kegiatan di waktu luang,
minat, apa yang disukai dan tidak disukai, orang tua, teman-teman, rencana masa
depan, agama, kencan, seks, kekhawatiran, dan masalah-masalah serupa lainnya.
Mulailah dengan hal-hal yang relatif tidak mengancam (misalnya, "Ceritakan
tentang sekolahmu atau keluargamu"; "Hal-hal yang baru-baru ini
terjadi dan menarik perhatianmu") dan kemudian bergeraklah ke hal-hal yang
sensitif. Dalam melakukan semua hal ini, Anda seharusnya menunjukkan bahwa Anda
benar-benar ingin mendengarkan. Cobalah untuk menjadi teman, bukan penyidik.
Beberapa pertanyaan umum mungkin diperlukan untuk memulai prosesnya, tetapi
ketika konseli mulai berbicara dan Anda menunjukkan keinginan untuk memahami,
konseli remaja mungkin mulai mengungkapkan ketakutannya, perasaan-perasaannya,
perilakunya, kekhawatirannya, kata hatinya, tekanan interpersonal, pembelaan
diri, dan hal-hal penting lainnya.
Menentukan
Tujuan
Setelah Anda
membuat rapor perkembangan, mulai mengenali masalah, dan mendapatkan beberapa
pandangan mengapa rencana tindakan semula tidak berhasil, maka ada baiknya
untuk menyusun beberapa tujuan.
Dalam berbagai kondisi konseling, tujuan
harus sespesifik mungkin. Bila Anda dan konseli Anda memiliki tujuan yang
berbeda, ketidakcocokan ini harus diselesaikan. Kemudian, saat tujuan yang
jelas dan bisa diterima oleh kedua belah pihak sudah terbentuk, konseli harus
ditolong untuk mengambil tindakan untuk mencapai tujuan ini. Langkah ini
dianggap sebagai tahap yang penting sekali dalam konseling; point kritis di
mana kegagalan dalam proses konseling paling mungkin terjadi. Mudah bagi setiap
orang untuk setuju pada tujuan yang ditetapkan, tetapi lebih sulit untuk
membuat perubahan yang akan terus bergerak setahap demi setahap sampai tujuan
akhirnya.Akhirnya, konselor Kristen membantu anak muda ini tumbuh dewasa dan menjadi orang dewasa yang menghormati Kristus melalui gaya hidup, kepercayaan, ketenangan diri, dan hubungan pribadi mereka. Untuk menolong konseli mencapai tujuan ini, perlu fokus pada masa sekarang, masalah-masalah yang lebih mendesak. Kadang-kadang hal ini dilakukan dengan menuntun konseli ketika mereka mengubah pikiran, pandangan, dan perilaku mereka. Ada saat-saat di mana Anda mungkin ingin mengadakan konseling kelompok. Konseling kelompok ini bisa menjadi pertolongan istimewa bagi remaja yang memunyai masalah interpersonal, kecenderungan untuk menarik diri, atau masalah-masalah yang dibagikan oleh orang lain, misalnya pelecehan dalam keluarga, orang tua pemabuk, atau kerabat yang punya penyakit parah. Hubungan dan "sharing" yang saling menguntungkan yang ada dalam konseling kelompok bisa memberikan semangat dan mengajarkan remaja pentingnya pelajaran tentang bagaimana berhubungan deng an orang lain secara efektif. Sering kali, hal ini membebaskan mereka untuk bertumbuh secara rohani yang membawa jawaban akhir atas masalah-masalah kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar