Sabtu, 13 Oktober 2012

Masa Remaja


Remaja

Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.


Definisi 


Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Dilihat dari bahasa inggris "teenager", remaja artinya yakni manusia berusia belasan tahun.Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan.[rujukan?] Remaja juga berasal dari kata latin "adolensence" yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa.Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: Masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu       
  • 12 – 15 tahun
  • masa remaja awal, 15 – 18 tahun
  • masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun
  • masa remaja akhir.
Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:192) Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.

Perkembangan masa remaja

Masalah remaja adalah masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat belas tahun) sampai usia sekitar delapan belas-masa tranisisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya. Ada sejumlah alasan untuk ini:
1. Remaja mulai menyampaikan kebebasanya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini bisa menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bisa menjauhkan ia dari keluarganya.
2. Ia lebih mudah dipengaruhi teman-temannya dari pada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah mode pakaian, potongan rambut atau musik, yang semuanya harus mutakhir.
3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.
4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua.

Ada sejumlah kesulitan yang sering dialami kaum remaja yang betapapun menjemukan bagi mereka dan orang tua mereka, merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini.
Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain :
1. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya-periang berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Itu hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam kesulitan, kesulitan di sekolah atau kesulitan dengan teman-temannya.
2. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya birahi adalah normal dan sehat. Ingat, bahwa perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan ciri yang normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu seksual dan birahi jelas menimbulkan bentuk-bentuk perilaku seksual.
3. Membolos
4. Perilaku anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar adalah pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang salah dari orang tua terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak-dan sering tidak ada sama sekali
5. Penyalahgunaan obat bius
6. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah skizofrenia.

Apa yang harus anda lakukan bila anda merasa cemas terhadap anak remaja anda
Langkah pertama adalah bertanya kepada diri sendiri apakah perilaku yang mencemaskan itu adalah perilaku yang normal pada anak remaja. Misalnya adalah pemurung, suka melawan, lebih senang sendiri atau bersama teman-temannya dari pada bersama anda. Anak remaja anda ingin menunjukan bahwa ia berbeda dengan anda. Hal ini dilakukan dengan berpakaian menurut mode mutakhir, begitu pula dengan kesenanganya pada potongan rambut dan musik. Semua itu sangat normal, asal perilaku tersebut tidak membahayakan, anda tidak perlu prihatin.
Tindakan selanjutnya adalah menetapkan batas dan mempertahankannya. Menetapkan batas itu sangatlah penting, tetapi batas-batas itu haruslah cukup lebar untuk memungkinkan eksplorasi yang sehat.
* Bila perilaku anak anda membahayakan atau melampaui batas-batas yang anda harapkan, langkah berikutnya adalah memahami apa yang tidak beres.
* Depresi dan perilaku yang membahayakan diri selalu merupakan respon terhadap stres yang tidak dapat diatasinya.
* Anak remaja yang berperilaku atau suka membolos seringkali akibat meniru dan mengikuti teman-temannya, dan merupakan respon dari sikap orang tua yang terlalu ketat atau terlalu longgar.
* Minum-minuman alkohol dan menghisap ganja biasanya merupakan respon terhadap stres dan akibat meniru teman. Masalah seksual paling sering mencerminkan adanya kesulitan diri didalam proses pendewasaan.

Secara umum masalah yang terjadi pada remaja dapat diatasi dengan baik jika orang tuanya termasuk orang tua yang “cukup baik”. Donald winnicott, seorang psikoanalisis dari Inggris memperkenalkan istilah “good enough mothering” ia menggunakan istilah ini untuk mengacu pada kemampuan seorang ibu untuk mengenali dan memberi respon terhadap kebutuhan anaknya, tanpa harus menjadi ibu yang sempurna. Sekarang laki-laki pun telah “diikutsertakan”, sehingga cukup beralasan untuk membicarakan tentang “menjadi orang tua yang cukup baik”
Tugas-tugas yang dilakukan oleh orang tua yang cukup baik, secara garis besar adalah:
1. memenuhi kebutuhan fisik yang paling pokok; sandang, pangan dan kesehatan
2. memberikan ikatan dan hubungan emosional, hubungan yang erat ini merupakan bagian penting dari perkembangan fisik dan emosional yang sehat dari seorang anak.
3. Memberikan sutu landasan yang kokoh, ini berarti memberikan suasana rumah dan kehidupan keluarga yang stabil.
4. Membimbing dan mengendalikan perilaku.
5. Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal, hal ini diperlukan untuk membantu anak anda matang dan akhirnya mampu menjadi seorang dewasa yang mandiri. Sebagian besar orang tua tanpa sadar telah memberikan pengalaman-pengalaman itu secara alami.
6. Mengajarkan cara berkomunikasi, orang tua yang baik mengajarkan anak untuk mampu menuangkan pikiran kedalam kata-kata dan memberi nama pada setiap gagasan, mengutarakan gagasan-gagasan yang rumit dan berbicara tentang hal-hal yang terkadang sulit untuk dibicarakan seperti ketakutan dan amarah.
7. Membantu anak anda menjadi bagian dari keluarga.
8. Memberi teladan.

Identitas remaja dapat diartikan sebagai berikut :
1. Identitas dapat diartikan sebagai suatu inti pribadi yang tetap ada walaupun mengalami perubahan bertahap dengan pertumbuhan umur dan perubahan lingkungan.
2. Identitas dapat diartikan sebagai tata hidup tertentu yang sudah dibentuk pada masa-maa sebelumnya dan menentukan peran sosial yang manakah yang harus dijalankan.
3. Identitas merupakan hasil yang diperolehnya pada masa remaja, tetapi masih akan terus mengalami perubahan dan pembaharuan.
4. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa identitas merupakan suatu kesatuan.
Persatuan yang terbentuk dari asaz, cara hidup, pandangan-pandangan yang menentukan cara hidup selanjutnya. Persatuan ini merupakan inti seseorang yang menentukan cara meninjau diri sendiri dalam pergaulan diri sendiri dalam pergaulan dan tinjauan di keluar dirinya.

Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1992), antara lain :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan. Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.
Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
Ada beberapa faktor penting dalam perkembangan identitas diri remaja adalah sebagai berikut :
1) rasa percaya diri yang telah diperoleh dan senantiasa dipupuk dan dikembangkan
2) sikap berdiri sendiri
3) keadaan keluarga dengan faktor-faktor yang menunjang terwujudnya identifikasi diri
4) kemampuan remaja itu sendiri, taraf kemampuan intelektual para remaja.
Selain faktor tersebut diatas, ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam perkembangan identitas diri remaja yaitu faktor eksperimentasi (coba-coba, berpetualang).

Peranan orang tua dan sekolah sangat penting sebab remaja ini belum siap untuk bermasyarakat. Bimbingan orang tua dan guru sangat diperlukan agar remaja tidak salah arah, karena dimasyarakat amat banyak pengaruh negatif yang dapat menyengsarakan masa depan remaja. Setelah itu ajaklah mereka berdiskusi dimana pendidik dapat mendengarkan dengan sabar segala isi hati dan keluhan mereka. Biarkan mereka bebas berkarya dan berekspresi tapi dengan catatan mereka harus tetap dibimbing dan diawasi. Pengaruh Televisi Terhadap Perilaku Agresif Anak. Agresi jika dipandang dari definisi emosional adalah hasil dari proses kemarahan.
Banyak hal yang menyebabkan perbutan agresif ini yaitu

1) Tindakan agresif disebabkan oleh naluri agresif.
2) Agresif disebabkan oleh situasi yang amat sumpek atau tertekan.
3) Perbuatan agresif karena frustasi.
4) Perbuatan agresif karena adanya unsure atau rasa balas dendam.



Masa remaja merupakan masa-masa yang penuh dengan gejolak
Masa remaja juga rentan dengan berbagai permasalahan yang cukup kompleks dan pelik. Karena di masa inilah seseorang bertumbuh dan menjalani saat mencari jati diri untuk membentuk karakter kepribadian. Masa ini juga seringkali disebut sebagai masa transisi seseorang dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Sehingga, seringkali sifat kekanak – kanakan masih melekat dan pertimbangan kedewasaanpun belum sepenuhnya terbentuk. Masa remaja diawali oleh datangnya pubertas, yaitu proses bertahap yang mengubah kondisi fisik dan psikologis seorang anak menjadi seorang dewasa. Pada saat ini terjadi peningkatan dorongan seks sebagai akibat perubahan hormonal. Selain itu, karakteristik seks primer dan sekunder menjadi matang sehingga memampukan seseorang untuk bereproduksi (Steinberg, 2002). Mengenai dorongan seksual yang meningkat ini menjadikan seseorang remaja mulai belajar untuk mengetahui dan mencari informasi terkait seksualitas itu sendiri. Kemudian penyaluran hasrat yang dimilikinya juga menyertai proses belajar ini.
Disinilah poin penting yang harus diperhatikan, bahwa proses ingin tahu seputar seksualitas harus benar-benar tepat dan benar. Karena seringkali keingintahuan tersalurkan kepada hal – hal yang merugikan diri sendiri. Seperti akses pornografi melalui media. Dari penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Peduli Remaja Kriya Mandiri, media online menjadi tempat terbanyak yang dijadikan sarana untuk mengetahui informasi mengenai seksualitas. Dari jumlah responden 352 remaja yang masih berstatus pelajar di 10 sekolah tingkat atas di Surakarta, sebesar 56 Persen menyatakan media online menjadi sarana untuk mengetahui informasi tentang seks, kemudian terbanyak kedua adalah teman sebaya sebesar 15% diikuti orang tua (12 Persen), guru (9 Persen), serta organisasi remaja dan lainnya masing-masing sebesar 4 Persen
Kemudian dari jumlah responden yang mengakses materi pornografi sebanyak 63 persen pernah mengakses materi pornografi baik berupa film, gambar maupun cerita porno. Meskipun penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mewakili seluruh populasi remaja berusia sekolah yang ada di Kota Surakarta, akan tetapi cukup memberikan gambaran bahwa akses pornografi di kalangan remaja khususnya pelajar tingkat atas di Kota Surakarta dapat dikatakan cukup mengkhawatirkan terhadap perkembangan seksualitas dan psikologisnya.
Apabila dianalisis lebih jauh, akses pornografi yang kian marak merupakan dampak pendidikan seks yang salah dan kurang tepat dilakukan oleh pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab akan hal itu, seperti orang tua, guru serta pihak-pihak terkait lainnya. Kegagalan pendidikan seks ini umumnya adalah karena adanya anggapan seks merupakan sesuatu yang tabu untuk diperbincangkan. Oleh karenanya, seorang remaja terkadang malu atau enggan untuk berkonsultasi dengan orang-orang dewasa yang lebih paham dengan masalah seksualitas. Sehingga mereka lebih nyaman menggunakan media online untuk mengakses informasi terkait dengan seksualitas. Masalah muncul karena keingintahuan seputar seksual ini tidak hanya berhenti pada informasi penting saja, akan tetapi kebablasan menjurus kepada hal – hal yang yang seharusnya tidak boleh dikonsumsi (materi pornografi) yang mempunyai efek destruktif yang mempengaruhi perilaku seksualnya.
Dalam penelitian Komunitas Jogja (2007) ditemukan 900 film porno buatan lokal dengan pemeran usia remaja Indonesia beredar di internet. Inilah bentuk shock culture yang terjadi dalam masyarakat kita. Dikatakan demikian karena budaya timur Indonesia yang sopan dan anggun mulai tergerus, mengalami pergeseran nilai menjadi budaya yang tidak lagi mengindahkan moralitas dan nilai-nilai agama. Jadilah budaya permisivisme meracuni kehidupan remaja mulai cara berpakaian yang kurang sopan cenderung menampakkan aurat tubuh lantaran dianggap seksi, berkata jorok, seks bebas hingga perilaku seks menyimpang semakin marak terjadi.
Faktor kemajuan teknologi media informasi yang tidak diimbangi dengan penanaman nilai moral agama dan budi pekerti menyebabkan tumbuh suburnya akses materi pornografi oleh berbagai kalangan termasuk remaja masa kini. Oleh karenanya, perlu upaya preventif untuk mencegah terjadinya dampak negatif yang lebih besar maupun upaya kuratif (mengobati), dengan melihat fakta bahwa jumlah remaja yang menjadi korban pornografi terbilang tidak sedikit. Institusi keluarga sebagai bagian inti sarana sosialisasi nilai terhadap anak serta sekolah sebagai institusi kedua setelah keluarga, seharusnya mampu menjalankan perannya untuk menanamkan nilai – nilai budi pekerti maupun agama di dalam pembentukan moral remaja. Namun fakta menunjukan bahwa “seakan” kedua institusi itu mengalami kegagalan dalam proses sosialisasi nilai terhadap remaja. Dimana dalam poin pertanyaan kepada institusi apakah yang diharapkan remaja mampu berperan dalam pendidikan kesehatan reproduksi remaja, sebesar 52 persen mejawab lembaga sosial/agama, 30% menjawab keluarga, 13 persen sekolah, dan 5 persen sisanya institusi lain.
mengenai harapan akan peran lembaga sosial/agama merupakan alternatif solusi yang dapat dilihat sebagai pihak ketiga yang mampu mendukung dua institusi utama (keluarga dan sekolah) dalam penanaman nilai moral kepada remaja. Salah satu model pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang patut dicoba untuk dilakukan misalnya melalui pembinaan kelompok sebaya (peer group). Karena tidak dapat dipungkiri bahwa usia remaja mempunyai kecenderungan kuat untuk berkumpul dan bergaul dengan teman sebaya. Sebagaimana temuan di atas, teman sebaya merupakan tempat kedua untuk bertanya dan bercerita perihal masalah seksual setelah media online. Model pendidikan terkait reproduksi melalui peer group bisa dilakukan dengan fasilitator dari lembaga sosial / agama maupun dari kalangan remaja sendiri yang dididik dan diproyeksikan sebagai fasilitator bagi teman sebayanya.

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA


Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui. Bila seseorang gagal melalui tugas perkembangan pada usia yang sebenarnya maka pada tahap perkembangan berikutnya akan terjadi masalah pada diri seseorang tersebut. Untuk mengenal kepribadian remaja perlu diketahui tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain:

Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.

Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku "pemberontakan" dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orangtua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar.

Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas perkembangan remaja tersebut.

Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).

Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah "aku" ?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya.

Selain tugas-tugas perkembangan, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain:
- Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat
- Emosinya tidak stabil
- Perkembangan Seksual sangat menonjol
- Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
- Terikat erat dengan kelompoknya

Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:

1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:
- Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
- Anak mulai bersikap kritis


b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
- Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
- Memperhatikan penampilan
- Sikapnya tidak menentu/plin-plan
- Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib

c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:
- Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
- Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria

2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
- Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
- Mulai menyadari akan realitas
- Sikapnya mulai jelas tentang hidup
- Mulai nampak bakat dan minatnya

Dengan mengetahui tugas perkembangan dan ciri-ciri usia remaja diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.[sumber :www.iqeq.web.id]
Posted by Panji_Psikologi Pendidikan at 10:14 PM 0 comments
psikologi perkembangan remaja


PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui. Bila seseorang gagal melalui tugas perkembangan pada usia yang sebenarnya maka pada tahap perkembangan berikutnya akan terjadi masalah pada diri seseorang tersebut. Untuk mengenal kepribadian remaja perlu diketahui tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain:

Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.

Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku "pemberontakan" dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orangtua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar.

Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas perkembangan remaja tersebut.

Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).

Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah "aku" ?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya.

Selain tugas-tugas perkembangan, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain:
- Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat
- Emosinya tidak stabil
- Perkembangan Seksual sangat menonjol
- Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
- Terikat erat dengan kelompoknya

Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:

1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:
- Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
- Anak mulai bersikap kritis

b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
- Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
- Memperhatikan penampilan
- Sikapnya tidak menentu/plin-plan
- Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib

c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:
- Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
- Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria

2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
- Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
- Mulai menyadari akan realitas
- Sikapnya mulai jelas tentang hidup
- Mulai nampak bakat dan minatnya

Dengan mengetahui tugas perkembangan dan ciri-ciri usia remaja diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.

 

MASALAH REMAJA

 Masalah-masalah remaja bisa diselesaikan dengan dua cara, yaitu dengan mengonseling para remaja dan dengan membantu orang tua. Dalam kedua kasus ini, konselor harus menunjukkan bahwa dia memunyai pemahaman yang luas tentang perjuangan-perjuangan para remaja ini dan pengetahuan tentang berbagai tekanan yang terbentuk, baik dalam diri konseli maupun dalam rumah mereka. Sering kali, orang tua dan remaja dibingungkan, dikecewakan, dan terluka karena ketegangan interpersonal dan tekanan-tekanan remaja yang telah terbentuk. Biasanya ada kemarahan, kehilangan harga diri, kecemasan akan masa depan, dan perasaan bersalah di masa lalu. Konselor yang memahami dan menerima masalah-masalah tersebut tanpa memihak, bisa mendapatkan dampak penting, baik dari orang tua maupun remaja. Dampak itu bahkan bisa lebih besar bila konselor cukup peka, tenang, penuh belas kasih, dan tangguh dalam menoleransi kritik dan pujian, yang kadang-kadang muncul dalam sesi konseling. Remaja d an orang tua mereka membutuhkan orang yang peduli, bijaksana, dan percaya diri, yang dapat memberikan tuntunan yang tenang dan menyejukkan di saat masalah berkecamuk.
1.      Konseling Orang Tua
Dukungan dan Semangat
Saat masalah remaja muncul, orang tua sering kali menyimpulkan bahwa merekalah yang salah, bahwa mereka bukanlah orang tua yang baik, atau bahwa merekalah yang menjerumuskan anak-anak mereka kepada suatu masalah tertentu. Konselor tidak dapat membantu bila mereka mengabaikan atau menjelaskan perasaan-perasaan yang muncul itu, tetapi akan ada manfaatnya bila seorang konselor meyakinkan dan memberi dorongan kepada orang tua. Hampir semua anak-anak -- bahkan anak-anak dari orang tua yang efektif sekalipun -- mengalami masa-masa di mana mereka marah, memberontak, menarik diri, depresi, dan mengkritik. Kita tahu bahwa pada mulanya Allah, satu-satunya Orang Tua yang sempurna, memunyai anak-anak yang memberontak kepada-Nya. Hal ini bisa menenangkan para orang tua karena Dia juga mengalami hal yang sama dan memahami perjuangan mereka. Hal ini juga menolong kita untuk mengingatkan para orang tua bahwa mereka bukanlah satu-satunya orang yang memengaruhi perilaku para remaja dan anak muda. Di rumah, orang tua perlu bersantai, mendengarkan, dan mencoba memahami anak-anak remaja mereka. Yang terpenting adalah terus mencari pertolongan sehari-hari dan meminta tuntunan Tuhan yang menuntun dan mengetahui cara terbaik untuk mengatasi masalah-masalah yang ada, termasuk masalah-masalah remaja sekalipun.
Konseling Keluarga
Orang tua tidak seharusnya disalahkan atas semua stres yang dialami oleh para remaja, tetapi hal ini tidak berarti bahwa orang tua tidak pernah salah. Saat seorang remaja atau beberapa anggota lain dalam keluarga itu memiliki masalah, akar masalah yang sebenarnya sering kali terletak pada kegagalan keluarga itu. Misalnya, saat orang tua punya masalah pernikahan yang serius, anak-anak bisa bertindak berlebihan, melarikan diri, atau mengembangkan perilaku-perilaku yang menuntut perhatian. Hal ini mengalihkan perhatian orang tua dari masalah pernikahan mereka, menyatukan mereka untuk memfokuskan perhatian pada masalah remaja dan kadang-kadang memberi jalan keluar kepada remaja untuk melepaskan diri dari suasana rumah yang tidak bisa dikendalikan lagi.
Beberapa konselor meminta seluruh keluarga untuk mengikuti konseling, bahkan saat anak laki-laki atau perempuan mereka yang masih remaja diketahui sebagai orang yang bermasalah. Orang yang bermasalah bisa benar-benar mencerminkan masalah rumah dengan lebih dalam. Kadang-kadang, bila keluarga dapat dibantu supaya berfungsi dengan lebih baik, masalah remaja pulih secara dramatis.
Tetapkan batas.
Beberapa konflik di rumah yang dialami oleh remaja dikarenakan anak-anak muda ini meminta kebebasan lebih dari yang diberikan oleh orang tua, setidaknya pada awalnya. Saat remaja berlaku menentang atas batasan yang ditetapkan, orang tua bisa memberi respons yang berbeda. Beberapa orang tua mulai bertanya-tanya apakah mereka kaku dan tidak masuk akal. Beberapa merasa terancam dan berlebihan. Yang lainnya merespons dengan memperketat aturan-aturan dan menolak untuk bernegosiasi atau mengalah. Banyak pula yang menanyakan kemampuan mereka sebagai orang tua.
Daripada mengabulkan permintaan remaja (suatu tindakan yang biasanya akan memicu permintaan lain lagi), orang tua bisa dibantu untuk mengetahui bahwa seluruh anggota keluarga memiliki hak dalam rumah tangga. Untuk memastikan hak ini, beberapa batasan harus dibuat dan dirawat, dengan mengabaikan tekanan remaja dan lingkungan tetangga, tetapi juga harus ada keleluasaan, komunikasi, dan diskusi. Melalui kata-kata dan tindakan mereka, orang tua bisa menunjukkan kasih, penerimaan, dan menghargai satu dengan yang lainnya dan seluruh anggota keluarga lainnya. Contoh seperti ini tampaknya lebih efektif daripada mengomeli, mengkritik, atau memberikan nasihat. Saat remaja itu semakin dewasa, mereka harus diberi kebebasan yang lebih besar lagi, tetapi harus selalu ditekankan pada hak dan minat orang lain. Konselor bisa membantu orang tua membuat batasan yang praktis, peka terhadap kebutuhan anak muda, dan sesuai dengan standar Alkitab. Kadang-kadang orang tua tahu apa yang harus dilakukan, tetapi mereka perlu seseorang yang memberikan dukungan, khususnya pada saat keluarga mengalami stres.
Tuntunan Rohani
Merton Strommen adalah seorang peneliti yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari remaja dan orang tua mereka. Beberapa dari penelitiannya menyimpulkan bahwa remaja cenderung mengabaikan agama keluarga mereka bila iman orang tua berdasarkan aturan-aturan, daripada nilai-nilai Kristen yang berupa penerimaan dan pengampunan. Bila orang tua kaku dan taat hukum, atau bila keluarga itu benar-benar memerhatikan status, penerimaan dalam masyarakat, atau persaingan, maka anak-anak muda akan lebih senang memberontak. Akhirnya, perilaku-perilaku orang tua ini benar-benar menjadi dasar atas ketidakamanan dan kecemasan. Konseling atas masalah ini sangat menolong, tetapi ada juga nilai dalam menolong orang tua tumbuh secara rohani, membangun nilai-nilai yang alkitabiah, dan terus hidup dalam gaya hidup Kristen. Konseling yang seperti ini memberi manfaat baik bagi orang tua maupun anggota keluarga yang secara tidak langsung juga terbantu.
2.      Konseling Remaja
Mungkin tugas yang paling sulit dalam konseling remaja adalah membangun hubungan yang saling percaya dan membantu konseli muda mengenali kebutuhannya untuk ditolong. Beberapa konseli datang dengan sukarela meminta bantuan, tetapi sering kali remaja merasa tidak membutuhkan konseling dan mereka dikirim oleh orang tua, guru, atau hakim. Saat hal itu terjadi, konselor dipandang sebagai sekutu orang tua, dan penolakan pun muncul di awal pertemuan.
Membuat Rapor Perkembangan
Kejujuran dan hormat, dipadu dengan belas kasih dan kelemahlembutan, semuanya penting, khususnya saat konseling baru dimulai. Bila ada perlawanan, hadapilah secara langsung dan berikan kesempatan kepada konseli untuk memberikan respons. Anda bisa bertanya, "Bisakah kamu jelaskan apa yang menyebabkan kamu ada di sini?" Bila konseli tidak memberikan respons, tanyakan: "Orang lain pasti ingin kamu datang kemari. Saya yakin kamu pasti punya beberapa alasan." Tunjukkan hormat pada konseli dan hindari memberi pertanyaan dengan cara yang menunjukkan penghakiman atau kritikan. Hal ini justru menimbulkan perlawanan dan meningkatkan pembelaan dirinya. Berusahalah untuk memfokuskan diskusi pada masalah tertentu secara konkret, dengarkan dengan cermat apa yang dikatakan konseli, izinkan konseli untuk mengungkapkan perasaannya, dan secara berkala tunjukkan apa yang sedang terjadi secara emosional selama wawancara berlangsung. "Kamu kelihatannya sangat marah," atau "Saya rasa kamu sangat bingung sekarang ini," adalah contoh komentar-komentar yang mendorong perasaan untuk berdiskusi. Cobalah untuk menjaga suasana tetap santai, tidak resmi, pada tahap berbincang-bincang.
Pemindahan
Kata pemindahan ini merujuk pada kecenderungan beberapa individu untuk memindahkan perasaan tentang seseorang di masa lalu ke seseorang di masa kini. Contoh, seorang konseli muda yang membenci ayahnya bisa memindahkan kebenciannya kepada konselor pria. Konselor harus mengetahui bahwa dia sering kali akan dimusuhi, dicurigai, ditakuti, atau dibanggakan terutama karena sang konselor mirip dengan orang dewasa lainnya. Konselor mungkin ingin mendiskusikan pemindahan perasaan ini dengan konseli mereka. Kadang-kadang hal ini berujung pada wawasan dan perilaku bermanfaat yang dapat diterapkan pada sesi konseling.
Sebagai seorang konselor, cobalah untuk tidak memberi respons seperti orang tua konseli, pahlawan, atau orang lain yang kepadanya Anda disejajarkan. Selain itu, waspadalah pada pemindahan balik. Hal ini merujuk pada kecenderungan konselor untuk melihat kesamaan antara konseli dan beberapa orang lainnya. Bila konseli mengingatkan Anda pada anak Anda sendiri, misalnya, atau bila Anda menjadi ingat pada tetangga Anda yang suka membuat masalah, perasaan Anda pada orang-orang ini bisa dipindahkan kepada konseli dan memengaruhi objektivitas Anda sebagai penolong. Sebaiknya tidak memperlihatkan hal ini kepada konseli, tetapi Anda akan sangat terbantu bila Anda mendiskusikan hal ini dengan konselor lain.
Mengenali Masalah
Sangat sulit untuk menolong bila Anda tidak dapat mengenali masalahnya. Karena konseli remaja kadang-kadang menyangkali bahwa mereka punya masalah, maka konseling bisa menjadi suatu tantangan. Daripada mencoba untuk mengelompokkan atau mendiagnosa masalah, akan lebih menolong bila mendorong remaja untuk membicarakan masalah-masalah mereka, misalnya tentang sekolah, kegiatan di waktu luang, minat, apa yang disukai dan tidak disukai, orang tua, teman-teman, rencana masa depan, agama, kencan, seks, kekhawatiran, dan masalah-masalah serupa lainnya. Mulailah dengan hal-hal yang relatif tidak mengancam (misalnya, "Ceritakan tentang sekolahmu atau keluargamu"; "Hal-hal yang baru-baru ini terjadi dan menarik perhatianmu") dan kemudian bergeraklah ke hal-hal yang sensitif. Dalam melakukan semua hal ini, Anda seharusnya menunjukkan bahwa Anda benar-benar ingin mendengarkan. Cobalah untuk menjadi teman, bukan penyidik. Beberapa pertanyaan umum mungkin diperlukan untuk memulai prosesnya, tetapi ketika konseli mulai berbicara dan Anda menunjukkan keinginan untuk memahami, konseli remaja mungkin mulai mengungkapkan ketakutannya, perasaan-perasaannya, perilakunya, kekhawatirannya, kata hatinya, tekanan interpersonal, pembelaan diri, dan hal-hal penting lainnya.
Menentukan Tujuan
Setelah Anda membuat rapor perkembangan, mulai mengenali masalah, dan mendapatkan beberapa pandangan mengapa rencana tindakan semula tidak berhasil, maka ada baiknya untuk menyusun beberapa tujuan.
Dalam berbagai kondisi konseling, tujuan harus sespesifik mungkin. Bila Anda dan konseli Anda memiliki tujuan yang berbeda, ketidakcocokan ini harus diselesaikan. Kemudian, saat tujuan yang jelas dan bisa diterima oleh kedua belah pihak sudah terbentuk, konseli harus ditolong untuk mengambil tindakan untuk mencapai tujuan ini. Langkah ini dianggap sebagai tahap yang penting sekali dalam konseling; point kritis di mana kegagalan dalam proses konseling paling mungkin terjadi. Mudah bagi setiap orang untuk setuju pada tujuan yang ditetapkan, tetapi lebih sulit untuk membuat perubahan yang akan terus bergerak setahap demi setahap sampai tujuan akhirnya.
Akhirnya, konselor Kristen membantu anak muda ini tumbuh dewasa dan menjadi orang dewasa yang menghormati Kristus melalui gaya hidup, kepercayaan, ketenangan diri, dan hubungan pribadi mereka. Untuk menolong konseli mencapai tujuan ini, perlu fokus pada masa sekarang, masalah-masalah yang lebih mendesak. Kadang-kadang hal ini dilakukan dengan menuntun konseli ketika mereka mengubah pikiran, pandangan, dan perilaku mereka. Ada saat-saat di mana Anda mungkin ingin mengadakan konseling kelompok. Konseling kelompok ini bisa menjadi pertolongan istimewa bagi remaja yang memunyai masalah interpersonal, kecenderungan untuk menarik diri, atau masalah-masalah yang dibagikan oleh orang lain, misalnya pelecehan dalam keluarga, orang tua pemabuk, atau kerabat yang punya penyakit parah. Hubungan dan "sharing" yang saling menguntungkan yang ada dalam konseling kelompok bisa memberikan semangat dan mengajarkan remaja pentingnya pelajaran tentang bagaimana berhubungan deng an orang lain secara efektif. Sering kali, hal ini membebaskan mereka untuk bertumbuh secara rohani yang membawa jawaban akhir atas masalah-masalah kehidupan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blogroll

Blogger templates

About